Saya menguatkan dan membesarkan hati untuk berbagi apa yang saya pikirkan selama ini. Atas nama pertemanan, dahulu kutahan membuka siapa sebenarnya Theresia Pipit Widowati. Namun, mendengar tenyata dia masih mendzolimi orang lain termasuk anaknya sendiri, saya terpaksa dan merasa orang perlu tahu apa dan siapa dia, dengan harapan dia menyadari kalau apa yang dia lakukan selama ini tidak benar. 

Beberapa orang lebih mengenal dia ibu Theresia, orang tua sekaligus aktris utama di kasus JIS. Kenapa saya bilang aktris? Karena dia tampak luwes sekali memainkan peran ibu yang teraniaya di depan kamera wartawan. Begitu hebat melihat celah yang bisa dimanfaatkan demi mendapatkan uang.

Uang dan kekayaan adalah salah satu obsesi Pipit semenjak dulu. Gaya hidupnya yang mewah, hedon lah bisa dibilang, selalu dijalaninya baik dari dulu di Surabaya, maupun Jakarta sampai akhirnya mendapatkan suami expat. Kami teman-temannya mengira Pipit akan cukup puas dengan apa yang telah didapatnya. Lelaki yang sangat mapan, bisa membawanya masuk ke pergaulan kelas atas dan bisa membiayai gaya hidup mewahnya.

Sebagai wanita yang menyukai gemerlap kehidupan malam (khususnya di tempat-tempat expat), penampilan menjadi modal utama. Terus terang, saya dan teman-teman lain pangling melihat perubahan fisik yang dilakukannya. Benar kata orang, uang bisa memberikan segalanya. Buat Pipit, penampilan penting supaya bisa terlihat lebih menonjol dari yang lain.

Tak cukup hanya di klab malam, tapi perhatian juga berhasil didapatkannya dari media pada saat menceritakan kasus anaknya di JIS. Pencitraan sebagai orang tua yang menjadi korban dan butuh didukung berhasil menyita perhatian.

Awalnya saya bersimpati dan mendukung dia – walau saya sempat bertanya dalam hati, apakah mungkin yang dia ceritakan bisa terjadi. Saya punya anak umur 6 tahun. Kalau dia tidak makan buah dan sayur tiga hari saja, pasti sudah mengeluh BAB-nya sakit. Apalagi ini anak si Pipit dibilang disodomi. Sepupu saya kebetulan seorang dokter spesialis. Dia bilang jika seorang anak berumur 5 tahun disodomi seperti ceritanya Pipit, kemungkinan besar, anak itu harusnya sudah meninggal. Karena penetrasi di anggota tubuh tersebut bagi anak kecil sangat menyakitkan. Sementara banyak teman-teman yang lihat anak Pipit jalan-jalan ke mall pada saat kasus tersebut heboh terjadi. Aneh.

Media menceritakan betapa luar biasanya Pipit membantu mengungkap kasus pelecehan seksual yang dialami anaknya. Bukan saya apriori pada Pipit, hanya saja apa yang dicitrakan media tentang Pipit jauh berbeda dengan kehidupan dia, dan fakta membuktikan hal itu.

Baik fakta hukum, maupun kasat mata apa yang dilakukan Pipit ketika kasus ini bergulir. Saya awam soal hukum, tapi yang pasti saya tahu Pipit ketika pengusutan dia sibuk sekali ikut campur dan yang dia lakukan diluar porsi dia sebagai ibu korban.

Tetapi, Pipit tidak menampakkan dirinya ada masalah terkait kasus yang menimpa anaknya. Ada foto dia sedang bersenang-senang pesta yang diunggah di masa kasus anaknya sedang berjalan di September 2014 lalu. Masa-masa dimana orang tua normal dan punya akal sehat seharusnya bermawas diri dan prihatin atas apa yang menimpa anaknya. Namun tidak demikian bagi Pipit. Foto ini sudah dihapus tapi jejak media sosial masih tetap terekam.  

Yang bikin saya sekali lagi prihatin dan terus terang agak jijik – ternyata kebiasaan clubbing dan berhedon dia masih tetap dipelihara oleh Pipit. Banyak foto-foto dia dengan minim busana dengan tertawa lepas bahagia. Saya cukup shock, karena sebagai Ibu yang ‘menderita’ karena anaknya katanya pernah mengalami kekerasan seksual, dia tampak lepas bahagia menikmati berbagai acara malam. Suami saya bahkan pernah bertanya waktu saya kasih lihat foto-foto ini, “Kok bisa si Pipit ceria banget padahal katanya anaknya lagi trauma?”

Keanehan semakin menjadi-jadi setelah dia pindah ke Bali. Pipit tidak pernah memberitahu latar belakang anak ke sekolah baru. Jarang terlihat dia mendampingi anaknya, lebih sering terlihat menikmati berbagai acara malam di Bali.

Suasana dan lingkungan malam di Bali sepertinya sangat menyegarkan bagi Pipit. Hobi keluar malam sambil memamerkan hasil operasi plastiknya lebih tersalurkan. Banyak foto-foto yang membuat orang tak akan percaya bahwa dia adalah orang yang sama mengadu ke media dan KPAI bahwa anaknya tengah mengalami trauma dan terkena penyakit seksual.

Yang paling mengejutkan dan membuat saya shock sekaligus lebih jijik adalah, tenyata Pipit masih pingin tuntut uang dari kasus dia. Nggak tanggung-tanggung USD 125 juta atau 1,7 triliun rupiah. Ya Tuhan! Nggak cukup dia korbankan anaknya selama bertahun-tahun ini jadi komoditas keserakahan. Buat apa cari sensasi lagi untuk uang triliunan tapi menyiksa anak sendiri? Kehidupan malam memang tidak murah, tapi sangat mengagetkan jika harus sampai segininya jual kisah anak disodomi demi uang.

Pipit… Bertobatlah.

Korbanmu sudah banyak. Kasihan orang-orang yang jadi ikut susah karena kebohonganmu. Saya baca pengacaramu mulai sok mengkritik Pak Jokowi, apa nggak berlebihan? Apa sekarang kamu bayar pengacara buat bikin kamu terus tenar? Kasihan anakmu yang sudah mau membuka lembaran baru jadi tidak bisa move-on hanya untuk mengikuti nafsu serakahmu mendapatkan uang triliunan rupiah. Bayangkan mental anakmu yang akan seumur hidup percaya kalau dia disodomi. Padahal hanya Tuhan yang tahu kebenaran ceritamu. Mau sampai kapan kamu siksa anakmu? Semoga dibukakan pintu hidayah bagimu.

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai